Babak final pemilihan Rektor ITS telah usai hari ini, Rabu 4 Februari 2015. Ada 3 kandidat calon Rektor yang bersaing memperebutkan suara Senat ITS dan suara Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti). Ketiga kandidat itu adalah: Joni Hermana, Djauhar Manfaat dan Eko Budi Djatmiko.
Sejak awal Joni Hermana memang sudah terlihat unggul. Dalam pemilihan oleh Senat ITS dia memperoleh suara mayoritas. Dari 52 orang senat, Joni Hermana berhasil mengantongi suara mayoritas, disusul Djauhar Manfaat mendapat 10 suara dan Eko Budi Djatmiko hanya mendapat 7 suara. Calon lain tidak bisa masuk babak pemilihan bersama Menristekdikti karena hanya diambil 3 besar.
Dalam pemilihan hari ini, Senat ITS sebanyak 52 orang yang merupakan perwakilan setiap jurusan di ITS melakukan pemilihan babak akhir bersama menteri yang memiliki hak suara 35% atau setara dengan 28 suara. Sehingga secara keseluruhan terdapat 80 suara untuk diperebutkan ketiga kandidat.
Pemilihan yang dilangsungkan di Rektorat ITS mulai pukul 13.00 tersebut awalnya menghasilkan suara imbang antara Joni Hermana dan Eko Budi Djatmiko. Keduanya mendapatkan 38 suara, sementara Djauhar Manfaat hanya mendapatkan 4 suara. Kemudian diadakan pemilihan ulang.
Akhirnya Joni Hermana terpilih menjadi Rektor ITS periode 2015-2020 setelah memperoleh 40 suara pada pemilihan ulang, hanya selisih 1 suara dibanding Eko Budi Djatmiko yang mendapatkan 39 suara. Sedangkan 1 suara tidak digunakan oleh seorang anggota Senat ITS yang memutuskan meninggalkan lokasi sebelum pemilihan ulang dimulai.
Hasil pemilihan rektor ITS ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Joni Hermana memang unggul sejak tahap penjaringan Bakal Calon Rektor oleh Dosen, Karyawan dan Mahasiswa. Namanya juga moncer di pemilihan Calon Rektor oleh Senat ITS. Yang mengejutkan justru Eko Budi Djatmiko yang kabarnya mendapatkan dukungan 100% suara menteri namun tetap saja kalah. Artinya pendukung Joni Hermana memang sangat solid, bahkan mendapatkan tambahan dukungan dari pendukung Djauhar Manfaat.
Selamat kepada Prof. Joni Hermana. Tanggungjawab besar mengantarkan ITS menjadi PTN BH seutuhnya sudah menunggu di depan mata. Singsingkan lengan baju, kencangkan ikat pinggang! Nahkodai Kapal Besar ITS ini menuju kejayaan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Vivaaatt!!!
—————
Foto: Facebook Joni Hermana for ITS 1
Wah, selamat selamat. Katanya seru ya sampai ada sentimen ITB vs ITS. Denger ini jadi geleng-geleng kepala kasihan juga pak profesor sudah mengabdi bertahun-tahun di ITS masih saja dicap ITB hehehe…
semoga bisa mengembang tugas dengan sukses pak Rektor barunya
ITS adalah kampus terbuka dan unggul dalam demokrasi. Sebelum Kang Joni, ITS sudah terbiasa dan tidak masalah dipimpin rektor bukan alumni ITS. Pak Zaki (UGM), Pak Sigit (Arsitek ITB), bahkan rektor pertama ITS dr. Angka (FK Unair) adalah rektor yang kita banggakan bersama alumni-alumni ITS lainnya yang menjadi rektor (Pak Soegiono, Pak Nuh, Pak Probo, Pak Yogi). KIta justru harus dorong alumni lain dari UI, UGM, ITB, Undip, dan lain-lain untuk tidak minder jika hendak mengabdi menjadi birokrat di ITS seperti selama ini.
ITS adalah cerminan Indonesia, semua dinilai berdasarkan kompetensi anda dalam memimpin, bukan selembar dua lembar ijazah atau akte kelahiran asal anda. ITS dan IKA ITS juga harus berani menyerukan ke seluruh universitas di Indonesia untuk meniru kedewasaan ITS dan IKA ITS. Ini kesempatan ITS untuk mengubah kultur demokrasi sempit yang membelenggu dunia pendidikan tinggi. Kita sudah maju seratus langkah di depan universitas lain, jangan bawa mundur ke belakang. ITS tidak takut untuk menjadi yang terbaik. ITS akan selalu berani menjadi dirinya sendiri, dan tidak akan mau meniru kebiasaaan buruk universitas lain dalam memilih pemimpinnya. IKI ITS CUK!
Kalau kita ITS Sejati, kita akan menyambut dengan pikiran terbuka dan berpikiran maju. ITS bisa maju menjadi juara banyak kompetisi tingkat dunia dan nasional seperti sekarang karena kita terbuka dengan sumbangsih alumni kampus dalam dan luar negeri. Justru kampus-kampus lain harus bercermin dari kematangan demokrasi ITS, yang setara dengan kematangan MIT atau Harvard dalam memilih presiden universitas. Kita yang terbaik. Kita adalah teladan terbaik., bersyukurlah.
Sejarah indah harmoni, kolaborasi, dan perjuangan ITS-ITB masih dihargai di FTSP. Fakultas lain sudah mulai lupa.
ITS jangan sekali-kali meninggalkan ITB, jangan sekali-kali. Ingat Ir. Soekarno.
semoga dibawah kepemimpinan beliau ITS lebih berkembang ya…
Mugi-mugi Prof. Joni Hermana mengembalikan makna ‘internasionalisasi’ ITS seperti era Pak Soegiono, yakni memacu agar penelitian dan tulisan dosen dan peneliti ITS dimuat dalam jurnal-jurnal bermutu internasional. Dengan adanya peningkatan eskponensial dari tulisan dosen dan peneliti ITS yang dimuat di jurnal terbaik, maka ranking ITS akan semakin menembus 100 besar Asia. Dengan masuknya ITS pada 100 besar Asia dan 10 besar Asia Tenggara, maka mahasiswa internasional akan datang dengan sendirinya tanpa adanya promosi aneh-aneh yang menghabiskan biasaya ratusan juta hingga milyaran rupiah. Lebih baik dana ITS Internasional Office difokuskan untuk pelatihan menulis bagi dosen dan peneliti agar berstandar internasional, dengan dana ratusan juta dan milyaran rupiah dapat dibentuk penelitian kelas dunia tiap tahunnya.